Oleh: Kemilau Adiwarna
Dini hari hati tak tenteram,
Fajar menyinsing bertambah gundah,
Tegak mentari tidak kuhirau,
Tenggelamnya mentari tidak terasa.
Dinginnya subuh terasa hangat,
Terik mentari terasa dingin,
Terang cahaya seolah hilang,
Timbulnya gelap berganti terang.
Sungguh janggal isi hati,
Penuh debar tiada terkira,
Sedih sentiasa terus bersarang,
Kosong dada tanpa haluan.
Begitu kukuh perasaan ini,
Tiada hilang dan terhakis sedikit pun,
Sungguh indah sang purnama,
Membuai terus mengisi mimpi.
Tiada dapat kuhurai jiwa ini,
Betapa mesra senyummu,
Indah lirikan matamu,
Sukma dirasuk renunganmu.
Apakah ertinya semua ini?
Kenapa harus kurasakan semua ini?
Hasrat kasih terus kupendamkan,
Suara hati tak terlahir lalu tersimpan.
Aku sungguh mengharapkan,
Purnama nan indah mampu kugapai,
Namun aku hanyalah seekor pungguk,
Yang mampu meratapmu dari bumi.
Biar aku terus begini,
Memikirkan terus keindahanmu,
Menghargai terus kesopananmu,
Mencintai terus kelembutanmu seumur hidupku.
Biarkan kuzahirkan kasih abadi,
Melalui ayat yang kukarangkan,
Agar mampu menjadi teman,
Di kala aku meratap sunyi.
Engkaulah pujaan hati,
Engkaulah ilham penawar rinduku,
Moga kasih kita bersulam,
Moga cintaku kekal abadi.
Ulasan
Catat Ulasan